Soekarno Pilih Jadi Tumbal Revolusi Daripada Lari Ke Luar Negeri .
Presiden pertama Republik Indonesia Soekarno meninggal
dunia tanggal 21 Juni 1971. Kekuasaan Soekarno secara perlahan dipreteli penguasa Orde Baru. Sejak 1 Oktober 1965, awan hitam mulai melingkupi senjakala di hari-hari terakhir Soekarno.
Jenderal Soeharto saat itu menguasai
hampir seluruh kekuatan militer. Orang
yang dianggap PKI atau Soekarnois
dengan mudah ditangkap dan dibunuh. Banjir darah dimana-mana.
Di tengah kondisi yang semakin
mencekam, sekitar tahun 1967 para
loyalis Soekarno meminta agar sang
presiden pergi ke luar negeri untuk
sementara. Jika keadaan sudah aman,
Soekarno bisa kembali ke Indonesia. Saat
itu Soekarno banyak memiliki sahabat di
luar negeri. Tentu dengan mudah mereka
akan memberikan bantuan.
Apa jawaban Soekarno?
"Saya tidak mau. Masak saya harus
meninggalkan rakyat dalam kondisi
seperti itu," kata Soekarno tegas.
Kalau ke luar negeri tidak mau, mereka
meminta Soekarno bersembunyi di Jawa
Timur saja. Daerah itu dikenal sebagai
tanah kelahiran sang proklamator. Loyalis
Soekarno di sana militan. Sebagian besar
kekuatan militer di sana juga mendukung
Soekarno.
Lagi-lagi Soekarno tidak mau. Hal ini tentu
membuat kesal para loyalisnya. Hal itu
diceritakan dalam buku 'Hari-hari Terakhir
Soekarno' yang ditulis Peter Kasenda dan
diterbitkan Komunitas Bambu.
"Bung Karno ini kok apa-apa tidak mau.
Maunya apa? Keadaan Bung Karno sudah
seperti ini. Kita ingin Bung Karno selamat.
Semestinya Bung Karno menurut" kata
Nyonya Supeni yang mewakili para
pendukungnya.
Soekarno yang semula diam, angkat
bicara. Dia mengingatkan tahun 1957,
kapal induk Amerika Serikat sudah
berlayar ke perairan Indonesia. AS kala itu
membantu pemberontakan PRRI/Permesta
di Sulawesi dan Sumatera. AS
menyumbang dana dan senjata untuk
memecah Indonesia. Kini, jika dirinya
pergi, pasti AS akan melakukan hal itu
lagi.
"Kalau saya pergi ke luar negeri atau saya
pergi ke Jawa Timur dan kemudian terjadi
perang saudara melawan orang yang
hendak menjatuhkan saya. Kamu tahu
saya tidak bisa melihat pertumpahan
darah di antara kita sendiri. Tidak," tegas
Soekarno.
Soekarno bicara panjang lebar soal
pencapaian Indonesia merebut Irian Barat
dari Belanda. Sayang sekali negara
persatuan yang sudah membentang dari
Sabang sampai Merauke terpecah-pecah karena perang saudara.
"Ingatlah, biar saya tenggelam asal negara
kesatuan Republik Indonesia tetap eksis," kata Soekarno.
Soekarno memilih takdirnya. Kelak dia
akan dimasukkan tahanan rumah oleh
pemerintahan Orde Baru hingga
meninggal. Nasib Bapak Bangsa ini
berakhir tragis. Tumbal untuk revolusi